LAPORAN
AKHIR
MIKROBIOLOGI
PERTANIAN
![]() |
Oleh
Junaidin
11.04.07.0419
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAMAWA (UNSA)
SUMBAWA BESAR
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan
hasil praktikum Mikrobiologi Pertanian disusun oleh :
Praktikan
Junaidin
NIM : 11.04.07.0407
|
Co. Ass
Okta Adi Saputra
NIM
: 11.04.07.
|
Laporan hasil praktikum ini dibuat
untuk memenuhi persyaratan akademik (Kurikulum Fakultas Pertanian) pada
Universitas Samawa (UNSA) Sumbawa Besar.
Sumbawa Besar, Juni 2013
Menyetujui
Dosen Pengampuh
Heri Kusnayadi, MP
NIDN :
0802018102
KATA
PENGANTAR
Puja
dan puji syukur saya
panjatkan kehadirat Allah swt. Karena atas limpahan rahmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan “Laporan Akhir Praktikum Mikrobiologi Pertanian” ini dengan baik.
Penyusunan
laporan ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah mikrobilogi pertanian.
Penyelesaian laporan ini tidak lepas dari berbagai proses
antara lain, mencari bahan litelatur, media elektronik, pengolahan data serta
penyusunan data menjadi laporan.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak/Ibu dosen yang telah membantu dan ikut andil serta memotivasi dalam penyusunan
laporan ini serta
berbagai pihak yang telah membantu.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Sehingga Saya
berharap pada pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk perbaikan pada masa yang akan datang.
Sumbawa
Besar, Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... I
KATA PENGANTAR............................................................................................. II
DAFTAR ISI........................................................................................................... III
DAFTAR TABEL.................................................................................................. IV
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Tujuan...................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 5
2.1. ACARA 1
PEMBUATAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL)............. 5
2.1.1. Pelaksanaan Praktikum...................................................................... 5
2.1.2. Landasan Teori.................................................................................... 5
2.1.3. Alat, Bahan, dan Cara Kerja................................................................ 8
2.1.4.
Hasil dan Pembahasan....................................................................... 9
2.2. ACARA 2
PEMBUATAN PESTISIDA NABATI...................................... 11
2.2.1. Pelaksanaan Praktikum.................................................................... 11
2.2.2. Landasan
Teori.................................................................................. 11
2.2.3. Alat, Bahan,
dan Cara Kerja.............................................................. 14
2.2.4.
Hasil dan Pembahasan..................................................................... 15
2.3. ACARA 3
INOKULASI BAKTERI Acetobacter
xylinum DAN
FERMENTASI NATA ................................................................................ 17
2.3.1. Pelaksanaan
Praktikum.................................................................... 17
2.3.2. Landasan
Teori.................................................................................. 17
2.3.3. Alat, Bahan,
dan Cara Kerja.............................................................. 19
2.3.4.
Hasil dan Pembahasan..................................................................... 22
BAB III PENUTUP................................................................................................ 26
3.1.
Kesimpulan............................................................................................ 26
3.2. Saran..................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel
.................................................................................................... Halaman
1. Hasil
pengamatan dari proses fermentasi Mikro Organisme Lokal (MOL) pembiakan menggunakan air rebusan
kedelai...................................................................................... 9
2. Hasil
pengamatan pembuatan pestisida nabati dari ekstarak air daun mimba 15
3. Hasil
pengamatan pembuatan inokulasi bakteri Acetobacter
xylinum……………………………………………………………………22
4. Hasil pengamatan fermentasi nata de
coco dari air kelapa murni............. 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah
mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik
padat maupun pupuk cair. Bahan utama MOL
terdiri dari beberapa komponen yaitu
karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL
dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah
tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh
dari limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah,
dan daun gamal. Sumber glukosa berasal
dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta sumber mikroorganisme
berasal dari kulit buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi basi, dan urin
sapi (Hadinata , 2008).
Larutan MOL dibuat sangat sederhana
yaitu dengan memanfaatkan limbah dari rumah tangga atau tanaman di sekitar
lingkungan misalnya sisa-sisa tanaman seperti bonggol pisang, gedebong pisang,
buah nanas, jerami padi, sisa sayuran, nasi basi, dan lain-lain.
Bahan utama dalam larutan MOL teridiri
dari 3 jenis komponen, antara lain :
a.
Karbohidrat : air cucian beras, nasi bekas, singkong, kentang
dan gandum
b.
Glukosa : cairan gula merah, cairan gula pasir, air
kelapa/nira
c.
Sumber bakteri : keong mas, buah-buahan misalnya tomat,
papaya, dan kotoran hewan (Anonim, 2010).
Ada beberapa cara pembiakan MOL yang
mudah dibuat, yakni :
a.
Menggunakan air rebusan kedelai (Air rebusan kedelai ± 10
liter ditambahkan Gula merah ¼ kg )
b.
Menggunakan air kelapa (air kelapa ± 10 liter, gula merah ¼
kg, buah-buahan busuk secukupnya)
c.
Menggunakan batang pisang (air kelapa ± 10 liter, gula merah
¼ kg, batang pisang 0,5 cm )
d.
Menggunakan kotoran hewan (kotoran hewan (sapi, kerbau) ± 10
liter, gula merah ½ kg, dedak/bekatul 5 kg, air kelapa secukupnya (untuk
mengaduk sampai basah) (Anonim, 2010).
Perkembangan
pengetahuan masyarakat mengenai bahaya penggunaan bahan-bahan kimia dalam
produk-produk pertanian, mau tidak mau mendorong akademisi maupun orang-orang
yang berkecimpung di bidang pertanian lain untuk menghasilkan produk-produk
pertanian organik. Salah satu sumber bahan kimia yang mengkontaminasi
produk-produk pertanian berasal dari penggunaan pestisida (Anonim, 2011).
WHO
dan Program Lingkungan PBB memperkirakan ada 3 juta orang yang bekerja pada
sektor pertanian di negara-negara berkembang terkena racun pestisida dan
sekitar 18.000 orang diantaranya meninggal setiap tahunnya (Miller,2004).
Beberapa pestisida bersifat karsinogenik yang dapat memicu terjadinya kanker.
Berdasarkan penelitian terbaru dalam Environmental Health Perspective menemukan
adanya kaitan kuat antara pencemaran DDT pada masa muda dengan menderita kanker
payudara pada usia tuanya (Barbara and Mary, 2007). Menurut NRDC (Natural
Resource Defense Council) tahun 1998, hasil penelitian menunjukkan bahwa
kebanyakan penderita kanker otak, leukemia dan cacat pada anak-anak awalnya
disebabkan tercemar pestisida kimia. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh
Harvard School of Public Health di Boston, menemukan bahwa resiko terkena
penyakit Parkinson meningkat sampai 70% pada orang yang terekspose pestisida
meski dalam konsentrasi sangat rendah (Anonim, 2011).
Salah
satu tanaman yang mempunyai kemampuan tersebut adalah Mimba. Zat yang
terkandung dalam tanaman ini mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan
serangga hama. Tanaman mimba mengandung zat azadirachtin, triol, salanin, dan
nimbin. Pada tanaman ini yang bisa dimanfaatkan untuk pestisida adalah bagian
biji dan daun. Berikut adalah cara pembuatan pestisida nabati dari mimba
(Anonim, 2011).
Acetobacter Xylinum meskipun termasuk
dalam golongan bakteri, namun Acetobacter
xylinum merupakan bakteri yang menguntungkan manusia. Artinya dapat
digunakan untuk membuat suatu produk yang bermanfaat bagi manusia. Misalnya
seperti bakteri asam laktat yang menghasilkan yoghurt, asinan dan lainnya
(Anonim, 2012).
Bakteri
nata de coco dapat hidup pada larutan dengan derajat keasaman atau kebasaan
3,5-7,5 pH, namun Acetobacter xylinum
akan lebih tumbuh dengan optimal pada derajat keasaman 4,3 pH. Idealnya bakteri
Acetobacter xylinum hidup pada suhu
28°– 31 °C. selain itu, bakteri ini sangat membutuhkan pasokan oksigen (Anonim,
2012).
Nata
de coco adalah sejenis jelly kenyal berwarna putih susu atau bening, yang
berasal dari proses fermentasi air kelapa. Produk nata de coco ini pada awalnya
diproduksi di Filipina. Secara etimologis, nata de coco berarti krim kelapa
atau terapung. Proses fermentasi nata de coco dibantu oleh sejenis bakteri
bernama Acetobacter xylinum. Enzim
yang dihasilkan bakteri nata de coco mengubah gula yang terkandung dalam air
kelapa menjadi lembaran-lembaran serat selulosa. Lembaran-lembaran selulosa itu
kemudian menjadi padat dan berwarna putih bening yang dinamakan nata (Anonim,
2012).
Pada
fermentasi nata terjadi hubungan saling membutuhkan antara khamir S.Cerreviceae
dengan bakteri Accetobacter xylinum dengan
Gluconobacer. Mekanisme dalam fermentasi nata adalah Adanya kandungan karbon
dan nitrogen dalam media menstimulasi khamir S.Cerreviceae untuk merombak
sukrosa menjadi glukosa dan kemudian difermentasi menjadi alkohol, selanjutnya Accetobacter xylinum dan Gluconobacter mengoksidasi alkohol
menjadi asam asetat sebagai metabolit utama. Bakteri Accetobacter xylinum menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat
menyusun (mempolimerisasi) zat gula (glukosa) menjadi ribuan rantai
(homopolimer) serat atau selulosa. Dari jutaan jasad renik yang tumbuh dalam
media, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya
nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata
(Anonim, 2013).
1.2.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui cara pembuatan mikroorganisme lokal (MOL)
2. Untuk
mengetahui cara pembuatan pestisida nabati
3. Untuk
mengetahui inokulasi banteri Acetobacter
xylinum dan fermentasi nata
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
ACARA
I PEMBUATAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL)
2.1.1. Pelaksanaan Praktikum
·
Tanggal Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Sabtu tanggal 4 Mei
2013
·
Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Samawa (UNSA) Sumbawa Besar
·
Tujuan Praktukum
1.
Untuk memeberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang cara atau teknis pembuatan mikroorganisme
lokal (MOL)
2.
Untuk meningkatkan
kreatifitas mahasiswa bagaimana cara pembuatana
mikroorganisme lokal (MOL)
2.1.2. Landasan Teori
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang
sangat kecil dengan kemampuan sangat penting dalam kelangsungan daur hidup
biota di dalam biosfer. Mikroorganisme
mampu melaksanakan kegiatan atau reaksi biokimia untuk melangsungkan
perkembangbiakan sel (Sumarsih, 2003).
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah
mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik
padat maupun pupuk cair. Bahan utama MOL
terdiri dari beberapa komponen yaitu
karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL
dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah
tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh
dari limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah,
dan daun gamal. Sumber glukosa berasal
dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta sumber mikroorganisme
berasal dari kulit buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi
(Hadinata , 2008).
Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi
yang berbahan dasar dari berbagai sumberdaya yang tersedia setempat. Larutan
MOL mengandung unsur mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang
berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang tumbuhan, dan sebagai agens
pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai
pendekomposer pupuk hayati dan sebagai pestisida organik terutama sebagai
fungisida. Salah satu activator yang cukup murah adalah larutan MOL (Mikro
Organisme Lokal) (Anonim, 2012).
Tiga bahan utama dalam larutan MOL:
a. Karbohidrat,
bahan ini dibutuhkan bakteri/ mikroorganisme sebagai sumber energi. Untuk
menyediakan karbohidrat bagi mikroorganisme bisa diperoleh dari air cucian
beras, nasi bekas/ nasi basi, singkong, kentang, gandum, dedak/ bekatul dll
b. Glukosa,
bahan ini juga sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang bersifat spontan
(lebih mudah dimakan mereka). Glukosa bisa didapat dari gula pasir, gula merah,
molases, air gula, air kelapa, air nira dll
c. Sumber
Bakteri (mikroorganisme lokal, bahan yang mengandung banyak mikroorganisme yang
bermanfaat bagi tanaman antara lain buah-buahan busuk, sayur-sayuran busuk,
keong mas, nasi, rebung bambu, bonggol pisang, urine kelinci, pucuk daun labu,
tapai singkong dan buah maja. Biasaya dalam MOL tidak hanya mengandung 1 jenis
mikroorganisme tetapi beberapa mikroorganisme diantaranya Rhizobium sp, Azospirillium sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp,
Bacillus sp dan bakteri pelarut phospat (Anonim, 2012).
Ada beberapa cara pembiakan MOL yang mudah
dibuat, yakni :
·
Menggunakan air
rebusan kedelai (Air rebusan kedelai ± 10 liter
ditambahkan
Gula merah ¼ kg )
·
Menggunakan air
kelapa (air kelapa ± 10 liter, gula merah ¼ kg, buah-buahan busuk secukupnya)
·
Menggunakan batang pisang
(air kelapa ± 10 liter, gula merah ¼ kg, batang pisang 0,5 cm )
·
Menggunakan kotoran
hewan (kotoran hewan (sapi, kerbau) ± 10 liter, gula merah ½ kg, dedak/bekatul
5 kg, air kelapa secukupnya (untuk mengaduk sampai basah) (Anonim, 2010).
Manfaat dan keunggulan pupuk organik menggunakan MOL :
·
Sederhana dan mudah
dipraktekkan
·
Murah karena
memanfaatkan bahan lokal yang tersedia sekitar lingkungan
·
Biota tanah
terlindungi
·
Memperbaiki
kualitas tanah dan hasil panen
·
Tidak mengandung
racun sehingga aman bagi manusia dan ternak (Anonim,2010).
2.1.3. Alat, Bahan,
dan Cara Kerja
Ø Alat
ü Blender
ü Timbangan
ü Ember
ü Kain
Ø Bahan
ü Air Rebusan
Kedelai ± 10 Liter, Gula Merah ¼ Kg (Untuk Kelompok 1)
ü Air Kelapa
± 10 Liter, Gula Merah ¼ Kg, Buah-Buahan Busuk (Pepaya, Semangka, Pisang, Dll
Yang Rasanya Manis) Banyak Mengandung Kalium (Untuk Kelompok 2)
ü Air Kelapa
± 10 Liter, Gula Merah ¼ Kg, Batang Pisang (Ati) 0,5 Cm (Banyak Mengandung
Unsur N Dan K) (Untuk Kelompok 3)
Ø Cara
Kerja
ü Semua
buah-buahan dihancurkan/dihaluskan
ü Campur
semua bahan dalam ember
ü Aduk
hingga rata lalu ditiup dengn kain
ü Lakukan
pengadukan setiap hari selama 7 sampai 15 hari (Proses Fermentasi)
ü Bahan siap
diaplikasikan/digunakan
ü Kegunaannya
: untuk pembuatan kompos, dan aplikasikan langsung ke tanaman dengan dosis 1
liter untuk 10 liter air.
2.1.4. Hasil
dan Pembahasan
Tabel 1. Hasil pengamatan dari proses fermentasi Mikro
Organisme Lokal (MOL) pembiakan menggunakan air rebusan kedelai
Hari
|
Ciri-ciri mol
|
Keterngan
|
Ke-1
|
-
|
Hari pembuatan MOL
|
Ke-2
|
Masih seperti warna hari pertama pembuatan, warnanya merah
kecoklatan.
|
Belum ada perubahan warna
|
Ke-3
|
Masih berwarna merah
|
Belum ada tanda proses fermentasi
|
Ke-4
|
Berwarna merah
|
Mengeluarkan bau tidak enak
|
Ke-5
|
Ada seperti busa sabun diatasnya
|
Mengeluarkan bau yang tidak enak dan belum terlihat
berhasil atau tidaknya MOL
|
Ke-6
|
-
|
Sama seperti hari ke-5
|
Ke-7
|
-
|
Masih terlihat sama dan masih mengeluarkan bau yang tidak
enak
|
Ke-8
|
Berbusa
|
Baunya terasa ada campuran alkohol
|
Ke-9
|
Busanya makin banyak
|
Baunya seperti ada alkohol
|
Ke-10
|
Sama seperti hari ke-9
|
Baunya juga sama
|
Ke-11
|
Sama juga seperti hari ke-9,10
|
Seperti bau alkohol
|
Ke-12
|
Busanya mulai berkurang
|
Baunya seperti ada campuran alkohol
|
Ke-13
|
-
|
Mulai muncul bahwa fermentasi akan berhasil
|
Ke-14
|
Busanya makin sedikit
|
Fermentasi mulai berhasil
|
Ke-15
|
Proses selsei
|
MOL berhasil dan siap diaplikasikan
|
Dari hasil
pengamatan pada Tabel. 1 untuk proses fermentasi MOL (Mikro Organisme Lokal)
dari air rebusan kedelai ± 10 liter, yang dicampur dengan ¼ kg gula merah.
Untuk pembuatan MOL menggunakan air rebusan kedelai kita terlebuh dahulu
menghaluskan gula merah dengan menggunakan blender, baru setelah itu kita campu
kedalam air rebusan kedelai yang di dalam ember. Kemudian setelah itu ember
yang berisi bahan yang tadi ditutup rapat yang di alasi dengan kain, agar udara
tidak dapat masuk dan mengganggu dari pada proses fermentasi. Setiap hari harus
dikontrol dan diaduk sampai proses fermentasinya selesai, kita harus menunggu
selama 15 hari, baru bisa diaplikasikan atau gunakan untuk penyemprotan sebagai
fungisida, dan sebagai starter pembuatan kompos. Menurut (Hidayat, 2006) MOL adalah larutan hasil
fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumberdaya yang tersedia setempat.
Larutan MOL mengandung unsur mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang
berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang tumbuhan, dan sebagai
agens pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik
sebagai pendekomposer pupuk hayati dan sebagai pestisida organik terutama
sebagai fungisida.
Untuk hari
ke-2 proses fermentasi MOL merah kecoklatan samapai dengan hari ke-4, hari ke-3
dan 4 mengeluarkan bau yang kurang enak. Pada hari ke-5 sampai hari ke-7 ada
busa diatasnya, dan belum ada tercium bau alkoholnya. Pada hari ke-9 sampai
denga hari ke-11 busa dipermukaan masih ada, tapi sudah tercium bau alkohol. Dan
untuk hari ke-12,13 dan 14 tidak jauh berbeda, busanya mulai berkurang. Dan
hari ke-15 MOL siap di aplikasikan.
2.2.
ACARA II PEMBUATAN
PESTISIDA NABATI
2.2.1.
Pelaksanaan
Praktikum
·
Tanggal Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Sabtu tanggal 11 Mei 2013
·
Tempat praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Samawa (UNSA) Sumbawa Besar
·
Tujuan praktikum
1.
Untuk memberika pemahaman kepada mahasiswa tentang manfaat tanaman yang ada dilingkungan untuk digunakannya sebagai pestisida dan insektisida organik
2.
Untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa bagaimana cara atau teknis pembuatan pestisida organik
2.2.2.Landasan Teori
Daun mimba (Azadirachta indica) tersusun
spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun majemuk menyirip genap.
Daun mimba dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membasmi hama dengan cara yang
tradisional yang ramah lingkungan, karena penggunaan daun mimba sebagai
pestisida nabati tidak menimbulkan dampak atau pencemaran yang membahayakan
masyarakat sekitar (Ruskin, 1993).
Mimba merupakan salah satu tumbuhan
sumber bahan pestisida (pestisida nabati)
yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Mimba memiliki efek
anti serangga dengan azadirachtin
sebagai komponen yang paling potensi. Ekstrak daun dapat berefek sebagai
fungisida alami pada pengendalian penyakit antraknosa pada apel pasca panen,
berefek insektisida terhadap larva Aedes aegypti (Ruskin, 1993).
Penggunaan pestisida dilingkungan
pertanian menjadi masalah yang sangat dilematis, terutama pada tanaman sayuran
dan tanaman pangan sampai saat ini masih menggunakan insektisida kimia sintetis
secara intensif. Disatu pihak dengan digunakannya pestisida maka kehilangan
hasil yang diakibatkan organisme penganggu tanaman (OPT) dapat ditekan, tetapi
akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti berkembangnya ras
hama yang resisten terhadap insektisida, resurjensi hama, munculnya hama
sekunder, terbunuhnya musuh alami hama dan hewan bukan sasaran lainnya, serta
terjadinya pencemaran lingkungan (Prijono, 1994). Sedangkan dilain pihak tanpa
penggunaan pestisida akan sulit menkan kehilangan hasil yang diakibatkan OPT
(Kardinan, 2001).
Adapun keunggulan dari mimba, pengendalian
hama dengan menggunakan mimba sebagai insektisida nabati mempunyai beberapa
keunggulan antara lain :
a.
Di alam senyawa aktif mudah terurai, sehingga menghasilkan
produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
b.
Cara kerja spesifik, sehingga relatif aman terhadap
vertebrata (manusia, lingkungan dan ternak)
c.
Tidak mudah menimbulkan resistensi, karena jumlah senyawa
aktif lebih dari satu.
d.
Murah dan mudah dibuat oleh petani, tidak menyebabkan
keracunan pada tanaman, sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama, kompatibel
digabung dengan cara pengendalian yang lain (Anonim, 2011).
Dengan keunggulan ini maka akan
dihasilkan produk pertanian dengan kualitas yang prima, dan kelestarian ekosistem
tetap tarpelihara, tetapi ada pula kelemahan dari daun mimba yaitu :
a.
Persintensi insektisida yang sangat kadang kurang
menguntungkan dari segi ekonomis, karena pada populasi yang tinggi diperlukan
aplikasi yang berulang-ulang agar mencapai keefektivan yang maksimal.
b.
Biaya produksi mahal, sehinga harga jualnya belum tentu lebih
murah dari insektisida sintetik (Anonim, 2011).
Kendala
Pengembangan Mimba sebagai Insektisida Alami
·
Aplikasi kurang praktis dan hasilnya tidak dapat segera
dilihat, di samping itu petani harus membuat media sendiri. Dengan alasan
tersebut petani akan lebih memilih pestisida kimia daripada nabati.
·
Kurangnya dorongan penentu kebijakan.
·
Bahan, seperti halnya biji mimba tidak tersedia secara berkesinambungan, hal
tersebut disebabkan karena biji mimba hanya dapat dipanen setahun sekali.
·
Frekuensi pemakaian lebih tinggi, yang disebabkan karena
sifat racunnya mudah terdegradasi.
·
Memerlukan persiapan yang agak lama, untuk mendapatkan
konsentrasi bahan pestisida yang baik harus dilakukan perendaman selama 12 jam
(semalam) (Anonim, 2011).
2.2.3. Alat, Bahan, dan Cara Kerja
Ø Alat
ü Ayakan 850
nm
ü Kain
furing
ü Blander
ü Ember
ü Pengaduk
ü Timbangan
Ø Bahan
ü Daun mimba
ü Deterjen
ü Alkohol
ü Air
Ø Cara
Kerja
ü Menyiapkan
daun mimba
ü Kemudian
diblander sebanyak 50 gr daun mimba segar dengan 1 liter air, 1 ml alkohol,
aduk sampai rata, kemudian rendal selama (12 jam).
ü Keesokan
harinya rendaman bahan dari daun mimba disaring dengan kain furing.
ü Larutan
hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 g deterjen atau 0,5 ml perata
(apsa), aduk hingga rata dan larutan siap disemprotkan.
2.2.4. Hasil dan Pembahasan
Tabel 2. Hasil pengamatan pembuatan pestisida nabati dari
ekstarak air daun mimba
Hari
|
Bahan
|
Alat
|
Cara Pembuatan
|
Ke-1
|
·
Daun mimba
·
Alkohol
·
Air
|
·
Blender
·
Toples
·
Timbangan
·
Pipet tetes
|
·
Blander 50 gr daun mimba segar dengan 1 liter air, kemudian
endam semalam (12 jam)
·
Masukan 1 ml alkohol
|
Ke-2
|
·
Deterjen
|
·
Kain furing
·
Timbangan
|
·
Rendaman bahan disaring dengan kain furing
·
Hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 gr deterjen
atau 0,5 perata (apsa)
|
Dari hasil
pengamatan pada Tabel. 2 untuk pembuatan pestisida nabati dari ekstrak daun
mimba, maka dapat bermanfaat untuk digunakan sebagai pestisida dan insektisida
organik, dan juga dapat meningkatkan kreatifitas kita dalam melakukan pembuatan
pestisida dan insektisida organik. Menurut (Ruskin, 1993) Salah satu tanaman
yang mempunyai kemampuan tersebut adalah Mimba. Zat yang terkandung dalam
tanaman ini mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan serangga hama. Tanaman
mimba mengandung zat azadirachtin, triol,
salanin, dan nimbin. Pada tanaman ini yang bisa dimanfaatkan untuk
pestisida adalah bagian biji dan daun.
Untuk pembuatan pestisida nabati
dari daun mimba, memerlukan alat dan bahan, seperti blender, kain furing,
toples, daun mimba, alkohol, air dan deterjen. Pemuatan pestisida nabati ini
memerlikan waktu 2 hari. Untuk hari pertama kita menyiapkan daun mimba segar
untuk diblender sebanyak 50 g dan air 1 liter. Setelah itu masukan alkohol 1
ml, kemudian dituangkan kedalam toples kosong dan diaduk hingga merta. Lalu
didiamkan selama semalam (12 jam). Untuk proses hari ke-2 kita menyiapkan kain
furing, timbangan dan deterjen, hasil rendaman bahan disaring menggunakan kain
furing, kemudian tambahkan deterjen 1 g atau 0,5 ml perata (apsa). Aduk hingga
rata dan pestisida siap disemprotkan. Menurut (Anonim, 2011) pembuatan
pestisida nabati dari daun mimba ialah sebagai berikut :
1. Haluskan 50 gram
daun mimba segar dengan menggunakan blender
2. Rendam daun halus
di dalam 1 liter air selama semalam (12 jam)
3. Saring larutan
dengan kain furing
4. Campurkan larutan
hasil penyaringan dengan 1 gram detergen, aduk rata
Cara aplikasi :
Encerkan 500 ml
larutan daun mimba hasil saringan di dalam 14 liter air, lalu aplikasikan di
lahan pada sore hari.
2.3. ACARA III INOKULASI BAKTERI Acetobacter xylinum DAN FERMENTASI
NATA
2.3.1. Pelaksanaan
Praktikum
·
Tanggal Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu 8
Juni 2013
·
Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas
Pertanian Universitas Samawa (UNSA) Sumbawa Besar
·
Tujuan praktikum
1.
Untuk mengatahui cara pembuatan inokulasi bakteri Acetobacter xylinum
2.
Untuk mengtahui cara pembuatan nata dengan pemanfaatan bakteri Acetobacter
xylinum
3.
Untuk mrngatahui cara melakukan fermentasi nata oleh bakteri Acetobacter
xylinum
2.3.2. Landasan Teori
Acetobacter xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek,
yang mempunyai panjang 2 mikron dan lebar , micron, dengan permukaan dinding
yang berlendir. Bakteri ini bias membentuk rantai pendek dengan satuan 6-8 sel.
Bersifat ninmotil dan dengan pewarnaan gram menunjukkan gram negative (Anonim,
2012).
Bakteri ini tidka membentuk endospora
maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih muda, individu sel berada
sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang sudah tua membentuk lapisan
menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel koloninya. Pertumbuhan koloni pada medium
cair setelah 48 jam inokulasi akan membentuk lapisan pelikel dan dapat dengan
mudah diambil dengan jarum oase (Anonim, 2012).
Acetobacter xylinum yang berupalembaran selulosa dari
pengubahan gula yang terdapat pada substrat (umumnya air kelapa tetapi dapat pula
dari bahan lain) menjadi partikel selulosa. Nata ini kandungan utamanya adalah
air dan serat sehingga baik untuk diet dan sering digunakan dalam pembuatan
dessert atau sebagai tambahan substansi pada koktail, es krim dan sebagainya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan nata di antaranya adalah
bakteri, gula dan nitrogen, selain itu harus pula diperhatikan suhu dan pH
serta jangan tergoyanng agar pembentukan pelikel berlangsung baik (Anonim,
2010).
Bakteri Acetobacter
Xylinum mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel didefinisikan sebagai
pertumbuhan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Bakteri Acetobacter Xylinum mengalami beberapa
fase pertumbuhan sel yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase
pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase
menuju kematian, dan fase kematian (Anonim, 2010).
Apabila bakteri dipindah ke media baru maka bakteri tidak
langsung tumbuh melainkan beradaptasi terlebih dahulu. Pada fase terjadi
aktivitas metabolisme dan pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan.
Fase pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24 jam sejak inokulasi. Fase
pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan sel dengan kecepatan rendah. Fase
ini berlangsung beberapa jam saja. Fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari.
Pada fase ini bakteri mengeluarkan enzim ektra seluler polimerase
sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa (matrik
nata). Fase ini sangat menentukan kecepatan suatu strain Acetobacter xylinum dalam membentuk nata (Anonim, 2012).
Fase pertumbuhan lambat terjadi karena nutrisi telah
berkurang, terdapat metabolic yang bersifat racun yang menghambat pertumbuhan
bakteri dan umur sel sudah tua. Pada fsae ini pertumbuhan tidak stabil, tetapi
jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak dibanding jumlah sel mati (Anonim,
2012).
Fase pertumbuhan tetap terjadi keseimbangan antara sel yang
tumbuh dan yang mati. Matrik nata lebih banyak diproduksi pada fase ini. Fase
menuju kematian terjadi akibat nutrisi dalam media sudah hampir habis. Setelah
nutrisi habis, maka bakteri akan mengalami fase kematian. Pada fase kematian
sel dengan cepat mengalami kematian. Bakteri hasil dari fase ini tidak baik
untuk strain nata (Anonim, 2012).
2.3.3. Alat, Bahan, dan Cara Kerja
a. Alat
Ø Alat untuk
tahap I
ü Pisau
ü Blander
ü Saringan
ü Botol
kaca/ plastik atau botol bekas lainnya
ü Wadah
ü Kertas
nasi
ü Karet
pengikat
Ø Alat tahap
II
ü Panci/loyang
dari stanless
ü Pengaduk/sendok
stenliss
ü Kompor
ü Timbangan
duduk
ü Gelas ukur
ü Baki
plastik
ü Koran
penutup
ü Karet
pengikat
ü Muk ukur
ü Kain
kassa/saringan halus
b. Bahan
Ø Bahan
tahap I
ü Nanas
matang 2 buah
ü Gula pasir
3 sendok makan
ü Air 150 ml
Ø Bahan tahap
II
ü Air kelapa
murni
ü Gula pasir
Za/Urea
ü Cuka
ü Bibit nata
de coco yang telah dibuat pada tahap 1
c. Cara
Kerja
Ø Tahap I Inokulasi Bakteri Acetobacter xylinum (semua kelompok)
ü
Kupas nanas matang sebanyak 2 buah, lalu cuci hingga bersih
ü
Potong kecil-kecil nanas tersebut, masukan kedalam blander (alat penghancur lainnya seperti parutan).
ü
Setelah dihancurkan, peras air nanas dan saring.
ü
Pakai ampas nanas hasil saringan, lalu tambahkan gula pasir dan air dengan perbandingan ampas nanas:gula:air
=6:3:1.
ü
Aduk campuran tersebut sampai rata, kemudian masukan kedalam botol yang telah tertutup rapat.
ü
Diamkan selama 2-3 minggu sampai terbentuk lapisan putih diatas campuran tersebut simpan didalam
temperatur kamar, jangan membuka tutup
botolnya.
ü
Bagian yang digunakan untuk membuat nata adalah air dari campuran tersebut yang mengandung bakteri Acetobacter xylinum.
ü
Apa yang anda hasilkan biasa tersebut sebagai starter atau bibit Acetobacter
xylinum.
Ø
Tahapan II Fermentasi
Nata de coco kelompok 1
ü
Air kelapa mentah
disaring, dan dimasuka kedalam dandang/panci ukuran 5 liter/20 liter dimasak
sampai mendidih 100 °C
ü
Setelah mendidih
masukan gula pasir, untuk dandang/panci 5 liter gula 250 gr, za 0,5 gr, cuka 50
cc dan untuk dandang 20 liter × 4 dari dandang/panci 5 liter..
ü
Air kelapa yang
sudah mendidih yang dicampur dengan gula, za, cuka biang masukan kedalam baki
plastik kira 1,2 liter dan harus dipastikan bahwa baki plastik dalam kondisi
bersih dan steril dari bakteri.
ü
Baki plastik
ditutup dengan menggunakan koran dan pastikan koran pun dalam kondisi steril
dari bakteri yang akan mengganggu pertumbuhan nata de coco/sari kelapa, koran
harus dijemur dipanas matahari.
ü
Baki-baki ditutup
rapat dan disusun diatas rak baki secara rapi dan ditiriskan sampai dingin
untuk diberi bibit nata de coco.
ü
Masukan bibit atau
starter Acetobacter xylinum 20
ml/nampan. Pembibitan dilakukan pada pagi hari sekitar jam 5.30-60.30, hasil
pembibitan ditutup kembali.
ü
Baki hasil
pembibitan tidak boleh terganggu apapun, tidak digoyang-goyang, bila angin
melihat hasil nata de coco bisa dilihat pada hari ke-3.
ü
Baki hasil
pembibitan dibiarkan selama satu minggu.
ü
Pada hari ke-7
silakan dibuka.
ü
Panen nata de
coco/sari kelpa dapat dinikmati pada hari ke-7. Ciri nata de coco yang baik permukaan
rata dan halus. Apabila dari hasil tersebut dipermukaannya ada yang berlubang,
seperti sisa gunung berapi maka itu dimungkinkan karena baki atau koran yang
tidak steril.
2.3.4.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 3. Hasil pengamatan tahapan I untuk pembuatan inokulasi
bakteri Acetobacter xylinum
Minggu
|
Warna
|
Perubahan Bentuk
|
Ke -1
|
kuning
|
Bentuk untuk
minggu peratama, ampasnya masih bercampur dengan air, belum membentuk
inokulasi.
|
Ke -2
|
Kuning
|
Bentuknya sudah
berubah, ampas dan air nanas sudah memisah, ampasnya sudah mengambang.
|
Dari hasil pengamatan Tabel. 3 untuk inokulasi bakteri Acetobacter xylinum dari buah nanas yang
dilakukan, proses untuk pembuatan inokulasi bakteri membutuhkan waktu sekitar
2-3 minggu, tapi waktu yang digunakan dalam praktikum ini hanya 2 minggu.
Dilihat pada minggu petama ampas dan air nanas masi menyatu atau masih
bercampur, dan warnanya kuning, tidak ada perubhan warna dari hari pertama
pembuatan inokulasi. Sedangkan untuk minggu ke- 2 proses inokulasi bakteri,
ampas dan air nanas sudah terpisah dan ampasnya membentuk seperti mengapung
pada air nanas.
Menurut (Anonim, 2012) selama
fermentasi terjadi penurun pH dari 4 menjadi 3. Derajat keasaman medium yang
tinggi ini merupakan syarat tumbuh bagi Acetobacter
xylinum. Acetobacter xylinum dapat
tumbuh pada kisaran pH 3-6. Pada medium yang asam sampai kondisi tertentu akan
menyebabkan reproduksi dan metabolisme sel menjadi lebih baik, sehingga
metabolisnya pun banyak. Penurunan pH medium ini salah satunya disebabkan
karena terurainya gula menjadi etanol oleh Acetobacter
xylinum yang kemudian berubah menjadi asam asetat.
Tabel 4. Hasil
pengamatan tahapan II untuk fermentasi nata de coco dari air kelapa murni
Hari
|
Warna
|
Aroma
|
Keterangan
|
Ke-1
|
-
|
-
|
Awal pembuatan
nata de coco
|
Ke-2
|
Disimpan dalam
lemari tertutup tidak boleh dibuka
|
||
Ke-3
|
Berwarna kuning
diatasnya ada kaya busa
|
Mengeluarkan bau
seperti bau basih
|
Pada hari ke-3
baru boleh dibuka dan dmasukan inokulasi bakteri Acetobacter xylinum
|
Ke-4
s/d ke-7
|
Masih berwarna
sama seperti hari ke-3
|
Baunya semakin
tidak enak dan bau busuk
|
Untuk proses
fermentasi nata de coco yang dilakukan tidak berhasil (gagal)
|
Dari hasil pengamatan Tabel.
4 untuk tahapan II proses fermentasi
nata de coco yang dari air kelapa murni , waktu yang dibutuhkan untuk
fermentasi nata de coco ini selama kurang lebih 1 minggu. Untuk hari pertama
proses pembuatan nata de coco yang disimpan pada tempat tertutup dan ruangan
yang ber-ac baru proses fermentasi bisa berjalan dengan baik, hari ke-3 baru
bisa dibuka, dan masukan starter, bakteri dari nanas dan nampan yang satunya
dimasukan bakteri dari air kelapa, setelah itu ditutup kembali dan disimpan
sampai pada hari ke-7 dan tidak boleh goyang-goyang karena proses fermentasinya
akan terganggu. Dan bisa memicu nata de coco tidak berhasil, hal yang memicu
ketidakberhasilan nata de coco karena bahan, alat dan juga cara kerja yang
tidak steril.
Pembuatan nata menurut (Warisno
Dalam Anonim, 2004) adalah sebagai berikut :
a) Persiapan
starter
Air kelapa disaring menggunakan kain kasa. Air kelapa direbus sampai
mendidih, ditambahkan urea, gula pasir dan asam cuka, kemudian sampai larutan
memikiki pH 4. Larutan yang masih panas dituang ke dalam botol yang sudah
disterilkan sebanyak dua pertiga bagian botol. Botol ditutup dengan kertas
koran dan diikat kuat, disimpan diruang inkubasi selama satu minggu. Setelah
satu minggu, terbentuk lapisan berwarna putih, starter siap digunakan.
b) Proses
Fermentasi
Bahan dasar nata didiamkan sampai kotoranya mengendap, disaring dengan
kain kasa, kemudian direbus sampai mendidih selama 15 menit. Pupuk ZA, gula
pasir, dan asam cuka dimasukan, diaduk sampai tercampur rata. 1 liter larutan
yang masih panas tersebut dimasukan ke dalam loyang plastik atau baki. Loyang
ditutup kertas koran dan diikat kuat, kemudian dibiarkan dingin. 100 ml starter
dimasukan ke dalam loyang, kemudian fermentasi selama satu minggu.
c) Pemanenan nata
Nata siap dipanen setelah diinkubasi selama 8-14 hari. Kertas koran
penutup dibuka, nata diambil dan dikumpulkan dalam satu wadah. Saat memanen
nata, ada bagian yang tidak bisa dipanen yaitu cairan atau padatan. Cairan
merupakan sisa media nata, sedangkan padatan berupa nata yang busuk, rusak,
berjamur, atau nata yang bentuknya tidak teratur. Nata yang telah disortir
selanjutnya dicuci bersih dan dipotong-potong sesuai selera. Aroma masam
dihilangkan dengan cara mencuci dan merendam nata dengan air bersih minimal dua
kali setelah itu direbus selama 5 menit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a.
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan
dapat disimpulkan bahwa, mikroorganisme
lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam
pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utma mol terdiri dari
beberapa komponen yakni karbohidrat, glukosa dan sumber mikroorganisme. Manfaat
dan keunggulan pupuk organik menggunakan MOL adalah sederhana dan mudah
dipraktekkan, murah karena memanfaatkan bahan lokal yang tersedia disekitar
lingkungan, biota tanah terlindungi, memperbaiki kualitas tanah dan hasil
panen, dan yang terakhir tidak mengandung racun sehingga aman bagi manusia dan
ternak. Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan mikroorganisme lokal
(MOL) salah satunya ialah dari air rebusan kedelai ± 10 liter, gula merah ¼,
air, untuk alat yang digunakan adalah ember, blender, timbangan, kain, dan juga
pengaduk. Dan cara kerjanya ialah blendernya gula merahnya dulu sampai halus,
kemudian dicampur dalam air rebusan kedelai dan diaduk sampai merata. Setelah
itu embernya ditutup rapat dan jangan lupa menggunakan kain sebagai alas
tutupnya. Untuk proses fermentasi membutuhkan waktu 15 hri, setiap hari harus
diaduk selama kurang lebih 15 menit, sampai hari ke-15 harus diaduk. Kegunaan
dari mol tersebut ialah untuk pembuatan kompos, bisa juga langsung
diaplikasikan ketanaman dengan dosis 1 liter untuk 10 liter air.
b.
Dari hasil
pengamatan yang kami lakukan tentang pembuatan pestisida nabati bahwa daun
mimba (Azadirachta indica) merupakan
salah satu tumbuhan sumber bahan pestida (pestisida nabati) yang dapat
dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Penggunaan pestisida dilingkungan
pertanian menjadi masalah yang sangat dilematis, terutama pada tanaman sayuran
dan tanaman pangan yang sampai saat ini masih menggunakan insektisida kimia
secara intensif. Denga demikian kita bisa memenfaatkan daun mimba untuk dijadikan
sebagai bahan pembuatan pestisida nabati, agar petani dapat menggunakan bahan
organik untuk tanaman mereka. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam
prktikum ini, seperti daun mimba, air, alkohol, dan deterjen. Untuk alat yang
digunakan toples, timbangan pipet tetes, blender, kain furing. Cara kejanya
ialah haluskan daun mimba sebanyak 50 g lalu dimasukan dalam toples dan campu
dengan alkohol 1 ml. lalu diaduk hingga merta, dan diamkan selam semalam (12
jam), keesoka harinya masukan deterjen 1 g, pestida nabati sudah jadi dan siap
disemprotkan.
c.
Dari hasil
pengamatan yang dilakukan tentang inokulasi bakteri Acetobacter xylinum dan fermentasi nata de coco bahwa Acetobacter xylinum merupakan bakteri
pembentuk batang pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dengan permukaan
dinding yang berlendir. Sifat dari Acetobacer
xylinum dilihat dari sifat fisiologi, morfologi, dan pertumbuhan sel.
Fermentasi merupakan pengolahan substrak yang menggunakan peranan mikroba
(jasat renik) sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Karakterisitik dari
nata tersebut ialah seperti sel, berwarna putih hingga abu-abu muda, memiliki
rasa tawar dan juga manis.
3.2.
Saran
Untuk saran saya dalam praktikum ini ialah terutama dalam
pembuatan nata, karena nata yang dibuat semua kelompok tidak ada yang berhasil,
jadi saran saya kepada teman-teman atau pelaku praktikum yang paling utama kita harus menjaga kebersihan pada saat praktikum
berlangsung, karena syarat utama yang
harus diperhatikan dalam pembuatan nata tersebut alat dan bahan yang digunakan
harus dalam keadaan steril, dan juga ruangan yang ber-AC.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Cara
Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL). Diakses Pada Tanggal 17 Mei 2013. Sumbawa
Besar
Anonim,
2010. http://www. Scribd.com/doc/ nata merupaka produk fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum, air kelapa. Diakses
pada tanggal 27 Juni 2013. Sumbawa besar
Anonim,
2011. Pemanfaatan Tanaman Mimba Sebagai Alternatif Pestisida Nabati. Diakses
Pada Tanggal 17 Mei 2013. Sumbawa Besar
Anonim,
2012. Mikroorganisme Lokal (MOL). Diakses Pada Tanggal 7 Juni 2013. Sumbawa
Besar
Anonim,
2012. http://pelajaran ilmu.blogspot.com/2012/06/ Acetobacter xylinum. Html. Diakses pada tanggal 27 juni 2013.
Sumbawa besar
Hardinata,
2008. Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL). Diakses Pada Tanggal 17 Mei 2013.
Sumbawa Besar
Kardinan,
2008. Pestisida Nabati Dari Daun Mimba. Diakses Pada Tanggal 17 Mei 2013.
Sumbawa Besar
Kusnayadi, Heri. 2013. Panduan Praktikum Miktobiologi Pertanian Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Samawa (UNSA)
Muhidin, 2001.
http:// muhidin. Unimus.ac.id/ fertmentasi nata de coco. Diakses pada tanggal
27 Juni 2013. Sumbawa besar
Ruskin, 1993. Devinisi
Pembuatan Pestisida Nabati Dari Daun Mimba. Diakses Pada Tanggal 17 Mei 2013. Sumbawa
Besar
Sumarsih,
2003. Mikroorganisme Lokal (MOL) Pada Dunia Pertanian. Diakses Pada Tanggal 17
Mei 2013. Sumbawa Besar
Sumiyati,
2009. Sumiyati. Karakteristik nata dari Acetobacter
xylinum. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013. Sumbawa besar
Warisno, 2004.
Warisno. Proses permentasi nata de coco. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013.
Sumbawa besar
nah ni buat tmen2 qq.... laporan yang sdh sy susun,, mf mash ad kekurngan....moga berguna.. occc!
BalasHapus