Selasa, 17 Desember 2013

Penelitian Tindakan Kelas



UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA
MELALUI MEDIA KARTU ANGKA PADA ANAK KELOMPOK B
PAUD CAHAYA HATI DESA SERANGE
KECAMATAN LOPOK

Nurtini
PG-PAUD, Ilmu Pendidikan, FKIP, Universitas Terbuka




Abstrak : Judul penelitian ini adalah :” Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka Melalui Media Kartu Angka Pada Anak Kelompok B Paud Cahaya Hati Serange”. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang upaya meningkatkan kemampuan mengenal angka melalui media kartu angka. Metode penelitian yang digunakan deskriptif dengan bentuk Penelitian Tindakan Kelas. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 27 anak. Hasil analisa data bahwa : 1) perencanaan pembelajaran seperti menentukan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan, mengembangkan dan mengorganisasikan media pembelajaran, merencanakan pengelolaan kelas, dan menyiapkan alat penilaian rencana pembelajaran. 2) langkah pembelajaran antara lain : melakukan pembelajaran, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar, 3) peningkatan kemampuan dengan indikator : menyebutkan angka 1-10, menunjukkan angka 1-10, dan mengurutkan angka 1-10 dalam mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan pada anak usia dini dengan menggunakan media kartu angka  di PAUD Cahaya Hati Serange yaitu anak mengenal angka 1-10 mencapai 93%.

Kata kunci : Kemampuan, Media,  Kartu Angka























BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai sedang mengalami  masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan diman anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang meberikan kesempatan padanya untuk mengetahui dan memahami  pengalaman belajar yang diprolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik PAUD adalah mampu mengikuti pendidikan selanjutnya dengan kesiapan yang optimal sesuai dengan tuntutan yang berkembang dalam masyarakat. Kemampuan dasar yang dikembangkan di PAUD meliputi kemampuan bahasa, fisik/motorik, seni dan kemampuan kognitif. Pengembangan kemampuan kognitif bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir anak. Pada kemampuan kognitif tersebut, anak diharapkan dapat mengenal konsep sains dan matematika sederhana.
Kegiatan pembelajaran matematika pada anak diorganisir secara terpadu melalui tema-tema pembelajaran yang paling dekat dengan konteks kehidupan anak dan pengalaman-pengalaman riil. Guru dapat menggunakan media permainan dalam pembelajaran yang memungkinkan anak bekerja dan belajar secara individual, kelompok dan juga klasikal. Penggunaan media pada kegiatan pembelajaran matematika anak usia dini, khususnya dalam pengenalan konsep bilangan bertujuan mengembangkan pemahaman anak terhadap bilangan dan operasi bilangan dengan benda-benda kongkrit sebagai pondasi yang kokoh pada anak untuk mengembangkan kemampuan matematika pada tahap selanjutnya.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis di lapangan ditemukan adanya permasalahan dalam kegiatan pengembangan di kelas yaitu rendahnya kemampuan mengenal konsep bilangan di PAUD Cahaya Hati pada Kelompok B. Pada saat proses pembelajaran peneliti melihat peran guru masih menekankan pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peran guru yang terlalu menguasai kelas. Guru dengan spontan memberikan tugas kepada anak tanpa memberikan pilihan kegiatan kepada anak. Kondisi ini ditengarai penyebabnya adalah dalam proses pembelajaran guru kurang memanfaatkan media pembelajaran dan permainan yang tepat yang dapat menumbuhkan motivasi belajar anak.
Selain kurangnya media pembelajaran dan permainan yang tepat, hal ini lebih disebabkan oleh minimnya ruangan kelas yang dimiliki oleh PAUD Cahaya Hati . Sehingga guru merasa kesulitan mencari tempat jika menambahkan media dan sumber belajar terlalu banyak.
Permasalahan lain yang terjadi di PAUD Cahaya Hati adalah metode yang digunakan oleh guru masih menggunakan metode drill dan praktek-praktek paper-pencil test. Pada pengembangan kognitif khususnya pada pengenalan konsep bilangan, guru memberikan perintah kepada anak agar mengambil majalah dan pensil masing-masing. Selanjutnya guru memberikan contoh kepada anak untuk menghitung jumlah benda yang terdapat pada majalah dan mengisinya dengan angka yang sesuai dengan jumlah benda tersebut pada kolom yang telah disediakan. Setelah anak mengerti, guru menyuruh anak untuk mengerjakannya sendiri. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan di PAUD Cahaya Hati . Sebagai indikator rendahnya kemampuan anak di PAUD tersebut, dapat dilihat bahwa dari 27 siswa kelompok B yang sudah mengenal bilangan hanya 8 siswa (30%), dan sisanya sebanyak 19 siswa (70%) belum mengenal angka.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di PAUD Cahaya Hati, penulis tertarik untuk meneliti secara langsung pemanfaatan media kartu angka sebagai salah satu cara meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan anak PAUD dan dapat memperbaiki kondisi pembelajaran yang terjadi di PAUD Cahaya Hati. Media ini dianggap mampu memecahkan masalah diatas karena dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan.
Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.
Selanjut untuk meneliti masalah di atas, Penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan judul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka Siswa Kelompok B Melalui Media Kartu Angka di PAUD Cahaya Hati”.

B.                 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
Apakah melalui penggunaan media kartu angka dapat meningkatkan kemampuan mengenal angka pada Anak Usia Dini di PAUD Cahaya Hati Desa Serange Kecamatan Lopok?

C.    Tujuan Penelitian
Adapun  tujuan dari penelitian ini yaitu:
1.      Mengembangkan potensi anak dalam mengenal angka dan merangsang kemampuan mengidentifikasi jumlah dan simbol angka melalui media kartu angka.
2.      Untuk mengetahui apakah kemampuan mengenal angka siswa kelompok B dapat meningkatkan Melalui Media Kartu Angka di PAUD Cahaya Hati Desa Serange Kecamatan Lopok Tahun Pelajaran 2013/2014.

D.           Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik bagi anak ataupun guru, dalam meningkatkan serta memperbaiki proses pembelajaran berhitung, selain itu juga diharapkan bagi peneliti lain dapat mengembangkan penggunaan media atau pendekatan lain guna meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
1.    Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah untuk mengembangkan pengetahuan tentang ilmu-ilmu pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan potensi belajar anak usia dini.

2.    Manfaat praktis
a.         Bagi sekolah
Manfaaat penelitian bagi sekolah yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan penggunaan metode dan media yang tepat dan optimal sehingga hasilnya bisa dijadikan sebagai contoh untuk sekolah-sekolah yang lain.
b.         Bagi guru
Manfaat penelitian bagi guru yaitu menambah pengetahuan serta mengembangkan  kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kreatif dan lebih baik.
c.         Bagi anak
              Manfaat penelitian bagi anak yaitu dapat meningkatkan kemampuan mengenal angka dan merangsang kemampuan mengidentifikasi jumlah angka dan simbolnya dengan menggunakan media yang menyenangkan.



















BAB II
LANDASAN TEORI


A.      Deskripsi Teori
1.    Kemampuan Mengenal Angka
a.      Pengertian Kemampuan
Kemampuan adalah perpaduan antara teori dan pengalaman yang diperoleh dalam praktek di lapangan, termasuk peningkatan kemampuan menerapkan teknologi yang tepat dalam rangka peningkatan produktivitas kerja (Tadkirotun, 2012).
Menurut Asmani (1996:102), bahwa kemampuan adalah kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya totalitas kemampuan dari seseorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor, yakni kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan untuk menjalankan kegiatan mental. Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan bakat-bakat sejenis.
Kemampuan adalah sifat lahir dan dipelajari yang memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya. Adapun apa yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menghadapi pekerjaannya menurut Mitzberg seperti yang dikutip Gibson, ada empat kemampuan (kualitas atau skills) yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai berikut:
1.    Keterampilan teknis, adalah kemampuan untuk menggunakan alat-alat, prosedur dan teknik suatu bidang khusus.
2.    Keterampilan manusia, adalah kemampuan untuk bekerja dengan orang lain, memahami orang lain, memotivasi orang lain, baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok.
3.    Keterampilan konseptual, adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasikan, dan memadukan semua kepentingan serta kegiatan organisasi.
Menurut Atmosudirdjo (1998:37), kemampuan adalah sebagai sesuatu hal yang perlu dimiliki oleh setiap individu dalam suatu organisasi. Kemampuan tersebut terdiri atas tiga jenis kemampuan (abilities) yaitu kemampuan sosial, kemampuan teknik dan kemampuan manajerial.
Konsep kemampuan dalam kepustakaan dikenal dua terminology yang memiliki makna yang sama, yaitu ada yang memakai istilah abilities dan istilah skills. Dengan mengacu pada pendapat di atas, juga membedakan jenis keterampilan/kecakapan yang terdiri atas keterampilan/kecakapan kemanusiaan (human skills), keterampilan/kecakapan administrasi (administrative skills), dan keterampilan/kecakapan teknik (technical skills) (Kayvan, Umy.2009).
Menurut Iskandar (2011), kemampuan atau skill adalah berasal dari kata dasar mampu yang dalam hubungan dengan tugas/pekerjaan berarti dapat (kata sifat/keadaan) melakukan tugas/pekerjaan sehingga menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan yang diharapkan. Kemampuan dengan sendirinya juga kata sifat/keadaan ditujukan kepada sifat atau keadaan seseorang yang dapat melaksanakan tugas/pekerjaan atas dasar ketentuan yang ada.

b.      Pengertian Angka
Menurut Tadkirotun (2012) angka atau bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan suatu objek yang terdiri dari angka-angka. Sebagai contoh bilangan 10, dapat ditulis dengan dua buah angka (double digits) yaitu angka 1 dan angka 10). Bilangan banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, bilangan yang ditemui anak-anak sebenarnya memiliki arti yang berbeda-beda.
Seperti yang dikemukakan oleh Fatimah (2011:14) anak-anak akan belajar membedakan arti bilangan berdasarkan penggunaan yaitu:
1.      bilangan kardinal menunjukkan kuatitas atau besaran benda dalam sebuah kelompok.
2.      bilangan ordinal, digunakan untuk menandai urutan dari sebuah benda, contoh juara kesatu, dering telepon, ke lima kalinya, hari kartini hari ke 21 di bulan April, dll.
3.      bilangan nominal, digunakan untuk member nama benda, contoh: nomor rumah, kode pos, nomor lantai/ruang di dedung, jam, uang, dll. Bilangan memiliki beberapa bentuk/ tampilan (representasi) yang saling berkaitan diantaranya benda nyata, model mainan, ucapan, simbol (angka atau kata).
Nurlaela, (2009:16) mengemukakan bahwa tampilan bilangan yang satu dengan tampilan bilangan yang lainnya memahami hubungan antar tampilan bilangan dapat diartikan sebagai contohnya setalah anak mendengarkan soal (tampilan bahasa lisan), anak bisa menunjukkan dengan media balok (tampilan model/benda mainan), menggambarkannya (tampilan gambar), lalu anak menulis jawaban pada kertas (simbol tertulis angka atau kata). Setiap bilangan yang dilambangkan dalam bentuk angka, sebenarnya merupakan konsep abstrak.
Seperti apa yang dikemukakan oleh Marhijanto (2008:30) bahwa bilangan adalah banyaknya benda, Jumlah, satuan system matematika yang dapat diunitkan dan bersifat abstrak. Konsep abstrak iini merupakan hal yang sulit untuk anak Taman Kanak kanak memahami secara langsung. Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa konsep bilangan itu bersifat abstrak, maka cenderung sukar untuk dipahami oleh anak  usia dini dan Taman  Kanak-kanak dimana pemikiran anak Taman Kanak-kanak berdasarkan pada pengalaman kongkret. Untuk dapat mengembangkan konsep bilangan pada anak anak Taman Kanak-kanak tidak dilakuakn dalam jangka waktu pendek, yang harus dilakukan secra bertahap dalam jangka waktu yang lama, serta dibutuhkan media yang kongkrit untuk membantu proses pembalajaran mengenal bilangan.
Wardani IGAK (2008:27) mengungkapkan  bilangan merupakan suatu konsep tentang bilangan yang terdapat unsure-unsur penting seperti nama, urutan, bilangan dan Jumlah. Indikator yang berkaitan dengan kemampuan mengenal konsep bilangan yaitu:
1.      counting (berhitung),
2.      one-to-one correspondence (koresponden satu-satu),
3.      quality (kuantitas),
4.      comparison (perbandingan)
5.      recognizing and writing numeral (mengenal dan menulis angka).
Anak memiliki kemampuan counting (berhitung) sebelum berusia 3 tahun bahwa anak mampu menyebutkan urutan bilangan, misalnya satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya. Untuk bisa berhitung anak-anak memulai berhitung dari 1 sampai 9 setelah itu 10 dan seterusnya yaitu bilangan yang terdiri dari 2 angka, misalnya anak mampu menyebutkan bilangan “sebelas” bukan menyebutkan “sepuluh satu” dan sebagainya.


2.        Media Kartu Angka
a.         Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin “Medius” yang berarti tengah, perantara, dan pengantar, dalam bahasa Arab, media diartikan ssebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Menurut Djamarah (1995:136), media adalah alat bantu apa saja yang dapatg dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai suatu tujuan pembelajaran. Menurut Purnawati dan Eldarni (2001:4), media merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan suatu informasi sehingga dapat merangsang fikiran, persaan, perhatian, dan minat anak sehingga terjadi proses belajar. Istilah media dalam bidang pembelajaran disebut juga media pembelajaran, alat bantu atau media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang anak untuk merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan.
1)                  Jenis-jenis Media
Berdasarkan pengertian media yang disebutkan oleh beberapa pakar, secara umum media itu banyak, ada media elektronik, media gambar dan lain sebagainya. Media yang dibahas  pada  penelitian ini merupakan jenis media yang secara khusus digunakan pada pendidikan anak usia dini. Jenis-jenis media yang digunakan dalam meningkatkan pengetahuan untuk anak usia dini diantaranya adalah:
a)      Media Serutan Kayu
b)      Media gambar
c)      Media Kartu Angka   (Nurani, 2012).
2)                  Manfaat Media
Menurut pendapat yang dikemukakan (Tim PKP PG PAUD.2008) tentang manfaat media pengajaran dalam proses belajar anak, sebagai berikut:
1.      pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2.      bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
3.      metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal  melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga


b.        Pengertian Kartu Angka
Kartu angka atau alat peraga kartu  adalah alat-alat atau perlengkapan yang digunakan oleh seorang guru dalam mengajar yang berupa kartu dengan bertuliskan angka sesuai dengan tema yang diajarkan. Alat peraga kartu adalah alat bantu bagi anak untuk mengingat pelajaran. Alat peraga kartu huruf dapat menimbulkan kesan di hati sehingga anak-anak tidak mudah melupakannya. Sejalan dengan ingatan anak akan alat peraga itu, ia juga diingatkan dengan pelajaran yang disampaikan guru. Semakin kecil anak, ia semakin perlu visualisasi/konkret (perlu lebih banyak alat peraga) yang dapat disentuh, dilihat, dirasakan, dan didengarnya (Nurani, 2012).
Alat peraga kartu adalah alat untuk menjelaskan yang sangat efektif, misalnya: Untuk menjelaskan usia, ciri khas, karekter atau sifat dari seorang tokoh. Dengan alat peraga, gambar lebih jelas daripada dijelaskan dengan kata-kata saja. Sehingga anak dapat menghayati karakter tokoh yang diceritakan.  Untuk menjelaskan situasi sebuah tempat, misal keadaan sebuah kota, bangunan, dan sebagainya, dengan gambar akan lebih jelas daripada diceritakan secara lisan saja  (Nurani, 2012).
Langkah-Langkah Penerapan Kartu Angka Dalam Pembelajaran.
Menurut Tadkirotun (2012) kartu angka merupakan fasilitas penting dalam pembelajaran di sekolah karena bermanfaat untuk meningkatkan perhatian anak. Dengan alat peraga kartu, anak diajak secara aktif memperhatikan apa yang diajarkan guru. Satu hal yang harus diingat, walaupun fasilitas alat peraga kartu yang dimiliki sekolah sangat minim, tetapi bila penggunaan alat peraga diikuti dengan metode anak aktif, maka efektifitas pengajaran akan semakin baik. Maka adapun langkah penerapan penggunaan kartu angka dalam pembelajaran yaitu:
Contoh penerapan untuk anak kelompok A
1)      Permainan angka bisa dilakukan dengan kartu angka dan gambar. Satu sisi berisi sejumlah gambar dan satu sisi bertulis angka.
2)      Anak menghitung jumlah gambar pada kartu
3)      Jika hitungannya benar, anak membalik kartu, sehingga terlihat angka.
4)      Guru memberikan tanggapan positif. Jika anak keliru bantu dia menghitungnya. Setelah itu anak menghitung kembali tanpa di bantu.




Contoh penerapan untuk anak kelompok B
1)      Kartu huruf dikembangkan bentuknya ke keartu angka-huruf. Satu sisi bertulis angka, satu sisi bertulis huruf
2)      Mula-mula anak membaca angka
3)      Apabila benar, anak boleh membaca hurufnya.
4)      Jika anak mau belajar membaca, permainan dibalik, anak membaca sisi hurufnya terlebih dahulu baru membuka sisi yang bertulis angka.

B.     Hipotesis Tindakan
                   Adapun Hipotesis Tindakan  dari dari penelitian in adalah sebagai berikut :
Dengan menggunakan media kartu angka dapat meningkatkan kemampuan mengenal angka siswa kelompok B PAUD Cahaya Hati di desa Serange.















BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN


A.                Setting Penelitian
1.    Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PAUD kelompok B Cahaya Hati Desa Serange Kecamatan Lopok.
2.      Waktu
Penelitian ini dilaksanakn pada bulan November sampai Desember
3.      Karakteristik Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang merupakan  penelitian tindakan oleh guru yang dilakukan di dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar anak mengalami peningkatan (Wardani, 2003:78).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses belajar mengajar di PAUD Cahaya Hati Desa Serange dengan menggunakan media kartu angka guna meningkatkan kemampuan mengenal angka oleh anak kelompok B Tahun Pelajaran 2013/2014.
4.         Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah Anak Usia Dini Kelompok B PAUD Cahaya Hati Desa Serange Kecamatan Lopok Tahun Pelajaran 2013/2014, yang berjumlah 27, terdiri dari 13 anak laki-laki dan 14 anak perempuan. Dan objek penelitiannya adalah mengenal angka dengan media kartu angka.

B.                 Variabel yang Diteliti
1.         Faktor Siswa
Dengan melihat motivasi dan kretifitas pada proses pembelajaran yang dilakukan anak-anak PAUD Cahaya Hati Serange tahun pelajaran 2013/2014.
2.      Faktor Guru
Penilitian dilakukan di dalam kelas dan ingin meneliti cara guru dalam merencanakan proses pembelajaran dan bagaimana cara pelaksanaannya sebagai program peningkatan wawasan guru dan pengembangan materi di sekolah itu sendiri.
C.            Rencana Tindakan
Penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 siklus yang tiap siklus terdapat beberapa tahap atau langkah. Adapun tahap-tahap atau langkah tersebut yaitu:
a.       Tahap perencanaan
b.      Tahap pelaksanaan tindakan
c.       Tahap pengamtan dan interpretasi
d.      Tahap analisis dan refleksi
1.      Siklus I
a.    Perencanaan
Pada tahap ini dibuat skenario yang merupakan penjabaran dari tindakan, sehingga peneliti mudah melaksanakan tindakan atau pembelajaran dengan harapan penggunaan media kartu angka dapat meningkatkan kemampuan pada anak, terutama dalam sains dan matematika. Adapun tahap perencanaan tindakan sebagai berikut :
1.      Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam prosses pembelajaran
2.      Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
3.      Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan media kartu angka
4.      Menyusun lembar observasi untuk mencatat situasi belajar mengajar selama pembelajaran berlangsung
5.      Membuat instrumen penelitian
6.      Menyusun alat evaluasi pembelajaran
7.      Mendesain alat evaluasi
8.      Merencanakan analisa hasil tes
b.    Implementasi Tindakan
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam skenario pembelajaran. Adapun rencana implementasi tindakan adalah sebagai berikut :
1.      Guru menciptakan kondisi belajar yang lebih baik
2.      Guru menyampaikan dan menyajikan media yang akan digunakan
3.      Guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

c.    Observasi dan Interpretasi
Selama pelaksanaan tindakan diadakan observasi, yang diamati adalah aktivitas-aktivitas siswa yang tampak selama proses belajar mengajar, dan semuanya dicatat dalam lembar observasi yang telah disiapkan. Evaluasi hasil belajar dilakukan pada tiap akhir siklus. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1.      Melihat kekurangan dalam proses belajar mengajar serta aktivitas siswa dalam belajar dengan menggunakan lembar observasi
2.      Mengadakan perbaikan untuk melaksanakan siklus berikutnya.
d.   Analisis dan refleksi
Analisis hasil penelitian dan refleksi dilakukan pada akhir siklus. Pada tahap ini, peneliti mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diproleh dalam pemberian tindakan kelas pada suatu siklus, dan hasil dari refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.
2.         Siklus II
Pelaksanaan siklus kedua ini urutannya sama dengan pelaksanaan pada siklus pertama dan tindakan yang dilakukan pada siklus kedua ini berdasarkan hasil dari analisis tes pada siklus pertama sehingga dapat dilihat perbedaaan antara siklus pertama dan siklus kedua apakah ada peningkatan pada penggunaan metode penelitian. Apabila siklus pertama belum ada peningkatan tindakan maka akan dilanjutkan pada siklus kedua ataupun siklus selanjutnya.

D.           Cara Pengumpulan Data
Dalam penelitian, pengumpulan data merupakan bagian yang terpenting dalam suatu penelitian, bahkan merupakan suatu keharusan bagi seorang peneliti. Pada umumnya data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer dan data skunder. Data Primer yaitu data yang diproleh secara langsung atau data yang diproleh dari sumber pertama, sedangkan data skunder yaitu data yang diproleh secara tidak langsung. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa tehnik yaitu sebagai berikut :
1.      Observasi
Observasi adalah salah satu tehnik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati perilaku anak dalam situasi tertentu. Tehnik ini sangat cocok digunakan untuk menilai atau mengukur kadar perilaku, baik kognitif, apektif, maupun psikomotorik.
2.      Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu tehnik pengumpulan data atau bukti-bukti penjelasan yang lebih luas mengenai fokus penelitian. Dokumen digunakan dengan tujuan mencari data yang berasal dari wawancara dan catatan yang ada hubungannya dengan objek penelitian sebagai sumber data.

E.            Tehnik Analisa Data
Berapapun banyak data yang terkumpul, tidak akan bermakna sebelum data tersebut dianalisa dan diolah. Dengan terkumpulnay data maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik Deskriptif Kompratif dan Analisis Kritis.
1)      Tehnik deskriptif kompratif
Tehnik deskriftif kompratif digunakan untuk data kuantitatif, yaitu dengan membandingkan hasil antara siklus. Analisis ini juga digunakan untuk menghitung nilai atau skor yang diproleh siswa yaitu besarnya peningkatan kemampuan dalam berhitung dan mengenal angka. Hasil komparasi tersebut digunakan untuk mengetahui indikator keberhasilan dan kegagalan dalam setiap siklus. Indikator yang belum tercapai diperbaiki pada siklus berikutnya.
2)      Tehnik analisis kritis
Tehnik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif, yaitu mencakup kegiatan untuk mengungkapkan  kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria normatif. Hasil analisa tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya.








F.            Indikator Kinerja dan Kriteria Keberhasilan
1)        Indikator Kinerja
Untuk mengetahui keberhasilan dalam proses pembelajaran diperlukan evaluasi secara menyeluruh. Kriteria yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan pembelajaran dapat dicermati melalui keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan evaluasi kegiatan dan keberhasilan belajar anak adalah sejauh mana anak paham dan mengerti dengan media kartu angka.
2)      Kriteria Keberhasilan
Kriteria untuk mengukur tingkat pencapaian keberhasilan pembelajaran dalam berhitung dinyatakan  telah mencapai tujuan pembelajaran jika total jumlah anak yang mampu mengenal angka dengan menggunakan media kartu angka diatas 85%. Dan proses perbaikan pembelajaran dinyatakan telah mencapai tujuan pembelajaran jika jumlah anak yang paham atau mengenal angka ditambah jumlah anak yang sangat mengenal angka di atas 85%.
















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A.           DESKRIPSI PER SIKLUS
1.    Siklus I
a)      Tahap Perencanaan
Sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh peneliti, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH)
2.      Membuat Skenario
3.      Menyiapkan alat peraga berupa: kartu angka, gambar bunga matahari beragam jumlah daun dan lambang bilangan 1 – 10.
4.      Menyiapkan Papan Flanel
b)     Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan Pengembangan I (Pembukaan)
1.      Berdo’a sebelum belajar
2.      Judul kegiatan menyanyi bersama lagu “1, 2, 3, “
3.      Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membentuk lingkaran.
Langkah – langkah perbaikan:
1.      guru menyanyikan lagu secara utuh
2.      guru meminta anak mengikuti  lagu 1, 2, 3 didahului oleh guru.
3.      Guru meminta anak menyanyikan baris demi baris
Kegiatan pengembangan II (inti)
1.      Judul kegiatan : mencocokkan jumlah daun bunga matahari dengan lambang bilangan 1 – 10
2.      Penataan ruangan diubah sehingga terdapat area kosong dengan karpet/tikar
3.      Pengorganisasian anak : anak-anak berdiri dilantai dengan formasi setengah lingkaran, posisi guru duduk di depan  murid-murid


Langkah-langkah perbaikan:
1.      Guru menjelaskan aturan – aturan dan cara menggunakan kartu angka
2.      Guru menyebutkan nama permainan
3.      Guru memulai permainan kartu angka dengan mencocokkan jumlah daun bunga matahari dengan lambang bilangan 1- 10
Kegiatan pengembangan III ( penutup)
1.      Judul  kegiatan : meniru lambaian bunga matahari tertiup angin 10 kali
2.      Pengelolaan kelas: posisi kursi dan meja anak diatur seperti biasa
3.      Pengorganisasian : anak-anak berdiri di samping meja masing-masing
4.      Berdo’a setelah belajar/sebelum pulang
Langkah-langkah perbaikan:
1.      Guru memberi contoh daun yang melambai ditiup angin
2.      Guru meminta anak meniru daun bunga matahari yang melambai ditiup angin 10 kali

c)      Tahap Pengamatan/Observasi
Hasil observasi kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan oleh peneliti antara lain:
1.      Kegiatan guru
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ada hal yang masih kurang dalam penyampaian materi yang disampaikan oleh guru sehingga proses pembelajaran kurang maksimal, diantaranya:
Pada kegiatan pengembangan 1 (pembuka)
a.       guru menyanyikan lagu dengan cepat sehingga murid-murid banyak yang tidak mampu mengikuti dengan baik,
b.      guru tidak menyanyikan lagu baris demi baris sehingga murid-murid kesulitan dalam menghafal lagu yang disampaikan,
c.       dalam menyanyikan lagu, guru tidak membagi kelompok bernyanyi pada anak sehingga lagu yang dinyanyikan anak tidak serempak,.
Pada kegiatan pengembangan II (kegiatan inti)
a.       guru tidak menyiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan sesuai dengan jumlah murid yang ada
b.      guru tidak memperkenalkan bentuk tanaman bunga matahari yang sebernarnya sehingga murid-murid masih bingung
Pada kegiatan pengembangan III (penutup)
a.       guru tidak menyuruh murid untuk berdiri dalam meniru gerakan bunga matahari tertiup angin, sehingga dalam menirukan gerakan bunga tertiup matahari tidak sesuai dengan harapan
2.      Aktivitas murid
Dari hasil pengamatan tentang kegiatan murid masih banyak hal yang masih harus diperbaiki, hal-hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Pada kegiatan pembukaan murid-murid masih banyak yang diam, hal ini dikarenakan guru terlalu cepat melantunkan lagu, dan anak banyak yang tidak bisa mengikuti lagu karena guru tidak menyanyikan terlebih dahulu baris demi baris
b.      Pada kegiatan inti anak-anak berebutan dalam menggunakan alat dan media yang digunakan karena guru tidak menyiapakal alat bantu sesuai dengan jumlah murid,
c.       Pada kegiatan penutup banyak anak tidak bisa melihat dan mendengar dengan baik apa yang disampaikan oleh guru karena duduk di belakang
3.      Prestasi siswa
Hasil pengamatan yang sudah dilaksanakan oleh peneliti tentang prestasi siswa dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 1.  Hasil pengematan prestasi siswa siklus 1
NO
NAMA SISWA
KEMAMPUAN MENGENAL BILANGAN
*
**
***
1
NOVA WANDA WANDARI


ü   
2
NOVI TRI ANGGRAINI

ü   

3
FADILAH NURRAMADANI

ü   

4
RISMA DELAN SAFITRI


ü   
5
SUCI WAHYU LESTARI


ü   
6
CINTA

ü   

7
VINA
ü   


8
ALTA
ü   


9
REVINA MAY WULAN CAHYANI


ü   
10
ALIYA IDA SUHARYATI


ü   
11
MARWAH HARDAYANTI


ü   
12
SAFA AULIA MAWADDAH


ü   
13
MUHAMMAD BAIM


ü   
14
ZAKI FAHRI


ü   
15
ZIDAN ANDIKA PRATAMA


ü   
16
MIFTAH ARASY


ü   
17
MUHAMMAD TIRTA PRATAMA


ü   
18
ADE CIPTA PRATAMA


ü   
19
NABILA

ü   

20
ALDI SETIAWAN NUGROHO


ü   
21
IZAN ZULHILMI


ü   
22
ADITYA RADI PUTRA


ü   
23
NIZAR


ü   
24
ADEL


ü   
25
AURA APRILLIA


ü   
26
IMAM RAHMAD MAULANA


ü   
27
MUHAMMAD ARYA


ü   

KETERANGAN:
a)                       *          : Belum berkembang (mengenal)
b)                      **        : mulai berkembang (mengenal)
c)                       ***      : sudah berkembang (mengenal)

Dari data yang tertera pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa anak-anak yang belum berkembang terdapat 2 orang anak (7,5%), anak-anak yang sudah mulai berkembang ada 4 anak (14,5%), dan anak yang sudah berkembang atau sudah mengenal angka ada 21 anak (78%). Dari data ini juga dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan anak dalam mengenal angka pada siklus pertama belum mencapai kriteria keberhasilan, karena dikatakan berhasil apabila mencapai 85%, sehingga perlu dilakukan perbaikan menggunakan siklus kedua.

d)            Tahap refleksi
Dari kajian dan pengamatan yang sudah dilakukan oleh peneliti bahwa ada kekurangan dalam kegiatan pembelajaran sehingga perlu dilakukan perbaikan diantaranya yaitu:
Pada kegiatan pengembangan I (pembuka) :
1.      guru sebaiknya menyanyikan lagu dengan santai
2.      guru seharusnya menyanyikan lagu baris demi bari agar murid mudah dalam mengikuti dan menghafal lagu
3.      sebaiknya guru harus membagikan kelompok anak dalam bernyanyi sehingga mudah dilakukan evaluasi dan lagu yang dinyanyikan bisa terdengar serempak

Pada kegiatan pengembangan II (kegiatan inti) :
1.      guru seharusnya menyiapakan alat dan bahan yang digunakan sesuai dengan jumlah murid yang ada guna menghindari murid saling berebut
2.      guru sebaiknya mengajak anak untuk mengenal langsung bentuk tanaman bunga matahari.
Pada kegiatan pengembangan III (kegiatan penutup) :
a.       guru seharusnya mengorganisasikan anak yaitu anak harus disuruh berdiri agar yang berada di belakang dapat memahami dan mendengarkan dengan baik sepeti halnya  murid yang berada di depan
b.      guru tidak meminta anak menceritakan kembali apa yang sudah dilaksanakan
Dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan masih terdapat kekurangan dan kesalahan maka selanjutnya digunakan perbaikan proses pembelajaran dengan menggunakan siklus kedua.
2.   Siklus II
a)      Tahap Perencanaan
Sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh peneliti, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH)
2.      Membuat Skenario
3.      Menyiapkan alat peraga berupa: Kartu Angka, Gambar bunga matahari beragam jumlah daun, Lambang bilangan 1 – 10
4.      Menyiapkan Papan Flanel
b)        Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan Pengembangan I (Pembukaan)
1.      Berdo’a sebelum belajar
2.      Judul kegiatan menyanyi bersama lagu “1, 2, 3, “
3.      Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membentuk lingkaran.


Langkah – langkah perbaikan:
1.      Guru menyanyikan baris demi baris
2.      guru meminta anak mengikuti  lagu 1, 2, 3 didahului oleh guru.
3.      guru menyanyikan lagu secara utuh
4.      Guru meminta anak menyanyi secara berkelompok
Kegiatan pengembangan II (inti)
1.      Judul kegiatan : mencocokkan jumlah daun bunga matahari dengan lambang bilangan 1 – 10
2.      Penataan ruangan diubah sehingga terdapat area kosong dengan karpet/tikar
3.      Pengorganisasian anak : anak-anak berdiri dilantai dengan formasi setengah lingkaran, posisi duduk guru lebih tinggi daripada murid-murid
Langkah-langkah perbaikan:
1.      Guru menyiapkan aneka gambar bunga matahari dan kartu gambar sesuai dengan jumlah murid.
2.      Guru mengenalkan pada murid bentuk asli bunga matahari
3.      Guru menjelaskan aturan – aturan dan cara menggunakan kartu angka
4.      Guru menyebutkan nama permainan
5.      Guru memulai permainan mencocokkan jumlah daun bunga matahari dengan lambang bilangan 1- 10 menggunakan kartu angka
Kegiatan pengembangan III ( penutup)
1.      Judul kegiatan : meniru lambaian bunga matahari tertiup angin 10 kali
2.      Posisi kursi dan meja anak diatur seperti biasa
3.      Pengorganisasian : anak-anak berdiri di samping meja masing-masing
4.      Berdo’a setelah belajar/sebelum pulang
5.      Salam

Langkah-langkah perbaikan:
1.      Guru meminta anak berdiri
2.      Guru memberi contoh daun yang melambai ditiup angin
3.      Guru meminta anak meniru daun bunga matahari yang melambai ditiup angin 10 kali
4.      Guru meminta anak menceritakan kembali apa yang sudah dikerjakan

c)             Tahap Pengamatan/Observasi
Hasil observasi kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan oleh peneliti antara lain:
1.      Kegiatan guru
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti  bahwa proses pembelajaran sudah maksimal karena :
a)      Guru sudah menyanyikan lagu dengan santai sehingga murid-murid sudah banyak yang mampu mengikuti dengan baik,
b)      guru sudah  menyanyikan lagu baris demi baris sehingga murid bisa mengikuti dan menghafal
c)      guru sudah membentuk  kelompok bernyanyi pada anak
d)     guru sudah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan sesuai dengan jumlah murid yang ada
e)      guru sudah memperkenalkan bentuk tanaman bunga matahari yang sebernarnya
f)       guru sudah menyuruh murid untuk berdiri dalam meniru gerakan bunga matahari tertiup angin
g)      guru sudah meminta murid untuk menceritakan kembali apa yang sudah dilaksanakan
2.      Aktivitas murid
Dari hasil pengamatan tentang kegiatan murid sudah terjadi peningkatan karena:
a)      Pada kegiatan pembukaan murid-murid sudah banyak yang mengikuti dan bernyanyi,
b)      Pada kegiatan inti anak-anak tidak saling berebut alat lagi karena masing-masing sudah memiliki media sendiri.
c)      Pada kegiatan penutup anak-anak sudah bisa melakukan permainan kartu angka dan sudah mampu untuk menceritakan apa yang sudah pernah dilakukan.
3.      Prestasi siswa
Hasil pengamatan yang sudah dilaksanakan oleh peneliti tentang prestasi siswa dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
 Tabel 2. Hasil Pengamatan Penilaian konsep mengenal angka
siklus 2 (Prestasi siswa)
NO
NAMA SISWA
KEMAMPUAN MENGENAL BILANGAN
*
**
***
1
NOVA WANDA WANDARI


ü   
2
NOVI TRI ANGGRAINI


ü   
3
FADILAH NURRAMADANI


ü   
4
RISMA DELAN SAFITRI


ü   
5
SUCI WAHYU LESTARI


ü   
6
CINTA


ü   
7
VINA

ü   

8
ALTA

ü   

9
REVINA MAY WULAN CAHYANI


ü   
10
ALIYA IDA SUHARYATI


ü   
11
MARWAH HARDAYANTI


ü   
12
SAFA AULIA MAWADDAH


ü   
13
MUHAMMAD BAIM


ü   
14
ZAKI FAHRI


ü   
15
ZIDAN ANDIKA PRATAMA


ü   
16
MIFTAH ARASY


ü   
17
MUHAMMAD TIRTA PRATAMA


ü   
18
ADE CIPTA PRATAMA


ü   
19
NABILA


ü   
20
ALDI SETIAWAN NUGROHO


ü   
21
IZAN ZULHILMI


ü   
22
ADITYA RADI PUTRA


ü   
23
NIZAR


ü   
24
ADEL


ü   
25
AURA APRILLIA


ü   
26
IMAM RAHMAD MAULANA


ü   
27
MUHAMMAD ARYA


ü   


KETERANGAN:
a)      *          : Belum berkembang (mengenal)
b)     **        : mulai berkembang (mengenal)
c)      ***      : sudah berkembang (mengenal)

Dari data  yang tertera  pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan perbaikan dengan siklus dua terdapat peningkatan pengetahuan mengenal angka pada anak yaitu: anak yang sudah mengenal angka atau sudah berkembang ada 25 anak (93%) dan  2 anak (7%) yang mulai berkembang yang pada awalnya tidak mengenal angka, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak perlu dilakukan perbaikan lagi dengan siklus berikutnya karena sudah mencapai kriteria keberhasilan yaitu di atas 85%.

d)     Tahap refleksi
Dari kajian dan pengamatan yang sudah dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan pembelajaran siklus 2, terjadi peningkatan pembelajaran pada guru umumnya dan khusus pada siswa mengalami peningkatan dan memberikan hasil yang cukup memuaskan, hal ini dapat dilihat dari persentase peningkatan kemampuan anak yaitu  dari 78%, meningkat menjadi 93% anak yang sudah mengenal angka dan hanya 7% anak yang sedang berkembang (mulai mengenal)
Jadi, dapat dijelaskan bahwa menggunakan media kartu angka dalam proses pembelajaran yang dilakukan di PAUD Cahaya Hati Serange dapat meningkatkan kemampuan anak usia dini khususnya dalam meningkatkan kemampuan mengenal angka.

B.     Pembahasan
Perencanaan pembelajaran menggunakan media kartu angka bergambar dalam meningkatkan kemampuan mengenal angka/bilangan pada anak usia dini di PAUD Cahaya Hati Serange seperti : menentukan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan, pengelolaan dan pengorganisasian anak, mengembangkan materi media (alat peraga) pembelajaran, merencanakan skenario kegiatan, merencanakan pengelolaan kelas dan menyiapkan alat penilaian dapat membantu mengembangkan dan meningkatkan tingkat kecerdasan anak.
Perencanaan yang dilakukan oleh guru dapat membantu pelaksanaan pembelajaran dan tindakan kelas, sehingga pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan sistematika perencanaan. Selain itu perencanaan yang dilakukan dapat dikategorikan “baik” karena sesuai dengan teori.
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan kartu angka bergambar dalam meningkatkan kemampuan mengenal angka/bilangan pada anak usia dini di PAUD Cahaya Hati Serang sangat menunjang kegiatan pembelajaran. Pengelolaan interaksi kelas, pemberian penilaian proses dan hasil belajar anak.

Peningkatan kemampuan mengenal angka dengan mengggunakan media kartu angka pada anak usia dini di PAUD Cahaya Hati Serange setelah dilaksanakan pembelajaran yaitu dari 27 anak yang ada di PAUD Cahaya Hati Serange 25 anak sudah mengenal angka/bilangan atau  93% dan hanya 2 anak yang mulai berkembang atau  mengenal angka/bilangan sebanyak 7%.














BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.      Penggunaaan media kartu angka yang diterapkan di PAUD Cahaya Hati Serange dapat meningkatkan kemampuan mengenal angka serta memberikan hasil yang sangat baik bagi perkembangan kemampuan anak.
2.      Metode serta prilaku guru dalam menyampaikan materi merupakan kunci efektifnya proses belajar mengajar di PAUD Cahaya Hati Serange
B.     SARAN
Untuk melaksanakan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan mengenal anak dan konsep bilangan hendaknya:
1.      Guru dapat menggunakan media kartu angka yang bergambar unik dan sesuai dengan kesenangan anak
2.      Guru dapat menggunakan pencampuran metode seperti metode pendekatan emosional dengan anak agar penyampian materi dapat berjalan dengan baik
3.      Guru dapat meningkatkan latihan dan bimbingan bagi anak yang belum paham dan belum mengenal angka








DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’ruf. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta : Laksana
Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : GP Press
Kayvan, Umy.2009. Permainan Kreatif untuk Mencerdaskan Anak. Jakarta : Media Kita.
Nurani, Yuliani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Indeks
Tim PKP PG PAUD.2008. Panduan Pemantapan  Kemampuan Profesion. Jakarta : Universitas Terbuka.
Tadkirotun, Mudfiroh. 2012. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Tangeran : Universitas Terbuka
Wardani IGAK, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka